2 November 2012

PERKARA PRIVAT DAN MENJAGA AURAT



Karena selalu kepikiran, maka saya tuangkan dalam tulisan.. Cerita bermula pas kemaren pulang kerja, sengaja jalan kaki santai menuju terminal Mardika, eh tiba-tiba seorang pengendara motor menyapa minta berhenti.. Sedikit kaget dan siaga, juga sambil mengira-ngira.. hmm.. kiraian siapa, kiranya kenalan lama, sudah lama tak jumpa. Selanjutnya ngobrol deh panjang lebar… bla.. bla.. bla..

Ada satu cerita dari dia yang selalu membuatku kepikiran, katanya dia pernah hadir disuatu forum acara yang diselenggarakan oleh gerakan mahasiswa muslim (maaf tidak bisa menyebutkan nama harokah tersebut). Disitu pematerinya adalah seorang ahwat (perempuan), yang menjadi masalah adalah ketika pemateri mengatakan, kira-kira begini “tidak masalah, dan bukan salah saya ketika saya memakai rok mini, pakaian ketat, kemudian ada yang datang menggoda dan mengganggu saya. Toh ini, badan-badan saya, dan rok-rok saya, salahkan dia saja karena berpikiran jorok dan jahat.” 

Itulah yang membuatku aneh.. selalu timbul pertanyaan, katanya muslim tapi kenapa berpikiran seperti itu? Kusangka muslimah, kenapa tidak memahami batasan aurat menurut syariat? Mengapa masih ada orang-orang seperti itu?

Yang pertama, apakah ia berpikir “berpakaian adalah masalah privat, sehingga tidak ada hubungannya dengan orang lain. Ibaratnya, ini mulut saya, perut saya, uang saya, tubuh saya, pakaian saya, dan kemaluan saya, ya terserah saya mau saya apain.” 

Padahal pada hemat saya, tidak semua perkara privat itu bebas dilakukan. Contoh saja, membuka aurat adalah urusan privat, tapi dilihat dulu tempatnya, kalau dikamar sendiri dan sendirian ya silahkan, tapi kalau di tempat umum maka itu bukan urusan privat lagi, tapi urusan umum, karena ada orang lain di situ, maka tidak boleh dilakukan. 

Contoh lain, minum khamr, judi dan zina adalah urusan yang sifatnya privat, tapi tidak berarti aktifitas tersebut dibolehkan dalam Islam, malah hal semacam itu diharamkan! Bahkan sudah jelas meresahkan dan merusak masyarakat. Bayangkan, kalau semua orang bertingkah dan berperilaku seenaknya sendiri, APA JADINYA DUNIA INI??? Untuk itu maka harus ada aturan dari Yang Maha Mengetahui, melalui Rasul-Nya untuk seluruh umat manusia, tidak dibatasi agama, suku maupun bangsa.

Mengapa si pemateri tadi berani berpikir bahkan menyampaikan pemikirannya yang rusak kepada orang lain? Padahal sudah diperingatkan oleh Rasulullah SAW bahwa “Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim). 

Dari hadits di atas jelas bahwa tidak akan mencium bau surga orang yang suka memukul dan wanita-wanita yang mengumbar aurat atau berpakaian seksi. Bayangkan, menciumnya saja tidak bisa apalagi masuk surga. Padahal bau surga itu bisa tercium dari jarak yang sangat jauh.

Oleh karena itu kasihan sekali dengan wanita-wanita Muslim yang senang berpakaian seksi dan tidak mau memakai jilbab. Padahal itu diperintahkan Allah dalam Al Qur’an:

Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan ALLAH SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Ahzab: 59).

Dalam berpakaian, bukan hanya memakai jilbab. Tapi juga menghindari pakaian yang tipis atau ketat yang memamerkan bentuk tubuh:

Hadis riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasulullah SAW dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah SAW berpaling darinya dan berkata: Hai Asma, seseungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil baligh) maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini,” sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. (HR. Abu Daud dan Baihaqi).

Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya..”[An Nuur:31]

Sesungguhnya seorang pria sangat berterima kasih dalam hatinya pada wanita yang menjaga auratnya. Demikian pula seorang wanita berterima kasih dalam hatinya kepada pria yang menjaga auratnya. Karena bagi keduanya apabila melihat yang bukan haknya (aurat) adalah haram dan dosa, jadi terima kasih kepada wanita atau pria yang masih konsisten menjaga auratnya di depan umum.

Mari kita ajak keluarga dan saudara kita yang perempuan agar senantiasa menjaga aurat atau memakai busana muslim agar mereka  tidak termasuk orang-orang yang tidak mencium bau surga.

Wallahu’alm..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar