Dengan demikian berkatalah yang
benar saja, apa adanya-sesuai fakta, kalaupun memberi pendapat harus
berdasarkan dalil yang kuat dan benar. Apabila masih ada yang membantah atau
menyangkal maka jangan terlalu dibalas, karena perkara sudah jelas* mana benar
mana salah. Cukup berikan fakta saja, tidak usah memberi pendapat jika
kemungkinan hanya akan menambah masalah.
*[contoh perkara yang jelas tapi masih ditanyakan : korupsi sudah jelas haram, tapi masih saja ada yang bertanya, “kenapa kamu gk mau ambil uangnya?” – yang demikian sudah jelas jawabannya, bagi orang-orang yang berotak sehat]
Sesungguhnya mengatakan kebenaran
itu tidaklah mudah, walaupun mungkin mereka yang mendengar merasa pahit, tetapi
sebenarnya yang mengatakan lebih pahit lagi - tetapi apa boleh buat.
Prinsipku, asal kita benar kenapa
takut berdiskusi atau berdebat, walau sesungguhnya aku tidak suka berdebat, karena
hasil perdebatan ada dua, kalau tidak sepakat maka tidak sepakat atau mungkin malah
membingungkan. Saya rasa wajar demikian, hanya saja jangan kelewatan jadi
saling benci saja, itu baik. Apabila semakin keras perdebatan, maka kembalikan
saja pada Al-Qur’an dan Sunnah, karena kembali ke tujuannya adalah mencari
kebenaran, bukan perselisihan. Oleh karena itu yang paling penting ketika
berdebat, sepakat dulu, tolok ukur kebenaran adalah Allah dan Rasul-Nya dan kalau
tidak didapat titik temunya, kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dan dalam berdiskusi atau berdebat
kita harus pilih lawannya dan melihat siapa lawannya, orang tua, mahasiswa, anak
SMA, anak-anak atau siapa ia. Sesuaikan dengan keadaan, maka berdiskusilah
dengan cara yang paling baik.
Demikianlah berdiskusi dan berdebat yang aman, dan agar berbicara tidak asal bicara tanpa memandang aturan – syariat Islam.
Pengalaman
mendewasakan usia,
katanya lagu. Yang paling baik adalah pengalaman yang baik, bukan pengalaman
yang tidak baik. Selalu berusaha manjadi yang paling baik, berlomba-lomba dalam
kebaikan itu yang terbaik.
Wallahu’alm…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar